Logika adalah pembenaran terhadap suatu
hal yang membuat hal tersebut bisa berterima atau dimengerti. Hikayat
ada seorang ibu yang mempunyai 2 orang anak, yang satu berjualan es
lilin dan yang satunya lagi menyediakan jasa penyewaan payung di sebuah
mall. Tatkala musim hujan tiba, si ibu dengan penuh perhatian memikirkan
nasib anaknya yang berjualan es. “aduh kasian skali anak ku si andi,
pasti es nya tdk bakal laku”, keluh sang ibu dgn sedih memikirkan
anaknya tersebut. Memang secara logika mana ada orang yang mau mimun es
pada saat musim hujan, apa lagi es lilin. Pada sisi lain sang ibu juga
resah dan gelisa memikirkan anaknya yang menyewakan payung pada saat
musim penghujan berakhir. Logika lagi, siapa juga yang akan menyewa
payung pada saat musim kemarau. Melihat kegelisahan sang ibu yang tak
henti-hentinya baik di musim penghujan maupun musim kemarau, sang ayah
mengingatkan istrinya bahwa ia tidak usah sedih. Kalau musim hujan ingat
si Adi saja yang pasti sewa payugnya bakalan ramai dan begitupun
sebaliknya ingat si Andi ketika musim kemarau datang soalnya pasti
bakalan banyak orang yang akan membeli es. Sejenak logika simple ini
berterima oleh sang ibu. Tapi berselang berapa saat terlihat sang ibu
sedih lagi mengingat anaknya yang sedang jualan es karena waktu itu
memang sedang musim hujan dan begitupu sebaliknya pada saat musim
kemarau.
Ya memang akal pikiran kita sering
mengandalkan logika yang bisa menenangkan kita, tapi hal itu bakalan
berbeda bagi sang ibu yang kasih sayangnya tidak pernah dibatasai oleh
logika. Sedih memikirkan sang anak adalah salah satu cara pengekspresian
kasih sayang ibu kepada anaknya khususnya kita yang dibesarkan dengan
budaya timur. Kita bisa berterima dengan logika seperti diatas tapi
yakin dan percaya bahwa kasih sayang seorang ibu melebihi semua itu.
Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa.
Hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia.
0 komentar:
Posting Komentar