Jumat, 12 Oktober 2012

Kasih Sayang Ibu Lebih dari Sebuah Logika


Logika adalah pembenaran terhadap suatu hal yang membuat hal tersebut bisa berterima atau dimengerti. Hikayat ada seorang ibu yang mempunyai 2 orang anak, yang satu berjualan es lilin dan yang satunya lagi menyediakan jasa penyewaan payung di sebuah mall. Tatkala musim hujan tiba, si ibu dengan penuh perhatian memikirkan nasib anaknya yang berjualan es. “aduh kasian skali anak ku si andi, pasti es nya tdk bakal laku”, keluh sang ibu dgn sedih memikirkan anaknya tersebut. Memang secara logika mana ada orang yang mau mimun es pada saat musim hujan, apa lagi es lilin. Pada sisi lain sang ibu juga resah dan gelisa memikirkan anaknya yang menyewakan payung pada saat musim penghujan berakhir. Logika lagi, siapa juga yang akan menyewa payung pada saat musim kemarau. Melihat kegelisahan sang ibu yang tak henti-hentinya baik di musim penghujan maupun musim kemarau, sang ayah mengingatkan istrinya bahwa ia tidak usah sedih. Kalau musim hujan ingat si Adi saja yang pasti sewa payugnya bakalan ramai dan begitupun sebaliknya ingat si Andi ketika musim kemarau datang soalnya pasti bakalan banyak orang yang akan membeli es. Sejenak logika simple ini berterima oleh sang ibu. Tapi berselang berapa saat terlihat sang ibu sedih lagi mengingat anaknya yang sedang jualan es karena waktu itu memang sedang musim hujan dan begitupu sebaliknya pada saat musim kemarau.
Ya memang akal pikiran kita sering mengandalkan logika yang bisa menenangkan kita, tapi hal itu bakalan berbeda bagi sang ibu yang kasih sayangnya tidak pernah dibatasai oleh logika. Sedih memikirkan sang anak adalah salah satu cara pengekspresian kasih sayang ibu kepada anaknya khususnya kita yang dibesarkan dengan budaya timur. Kita bisa berterima dengan logika seperti diatas tapi yakin dan percaya bahwa kasih sayang seorang ibu melebihi semua itu.
Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa.
Hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia.

0 komentar:

Posting Komentar