PEKANBARU (RP) - Di bagian lain, 9 DPD II Partai Golkar di Riau yang
disebut-sebut ‘’mengulingkan’’ Indra Muklis Adnan melalui usulan
Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) masih menjadi teka-teki. DPP pun
masih merahasiakan dan tak mau membeberkan sembilan DPD II tersebut.
‘’Kalau
itu (sembilan DPD II, red) memang tidak boleh dipublikasikan,’’ ujar
Sekretaris Koordinator Provinsi Riau DPP Golkar, Adi Sukemi, Ahad
(14/10).
DPP, kata Adi, membuat kesepakatan untuk tidak membuka
ke publik nama-nama DPD II tersebut. DPP juga memastikan keputusan itu
bisa dipertanggung jawabkan dan keputusan sembilan DPD itu benar adanya
tanpa direkayasa.
‘’Kita sudah yakinkan, bahwa nama-nama DPD II itu akan dirahasiakan,’’ ungkap anggota DPR Dapil Riau itu.
Sementara
menurut pengamat politik Prof Dr Maswardi Rauf MA, keputusan DPP
melaksanakan Musdalub DPD I Golkar Riau dapat menyulut konflik internal
partai.
Apalagi ikhwal Musdalub ini dari hasil usulan sembilan pengurus DPD II yang berada di kabupaten/kota.
Menurutnya,
keputusan melaksanakan Musdalub bukanlah langkah yang tepat. Hal ini
ini karena sebentar lagi Riau akan menggelar pemilihan gubernur. Tak
lama berselang juga pemilihan legislatif dan pemilihan presiden.
‘’Keputusan
Musdalub terlalu berani, apalagi diusulkan oleh DPD II,’’ kata dosen
pengajar pasca-sarjana Ilmu Politik Fisip Unri, Ahad (14/10).
Disebutkan
Maswardi, Riau ini merupakan salah satu lumbung suara Golkar dan
kejadian ini berdampak dan sangat berpengaruh. Jikapun terjadi konflik
internal pengurus, sebut dia, seharusnya pengurus di tingkat DPD II
maupun pusat dapat bersikap arif, bukan malah memperkeruh, karena
fenomena pertentangan itu hal yang biasa akan tetapi penyelesaiannya
juga harus luar biasa.
‘’Jangan sampai gara-gara menggantikan pengurus rusak rencana dan strategi dalam pendulangan suara,’’ sebutnya.
Musdalub
yang dilakukan ini, sebut dia, berdampak konflik internal pengurus dan
berlarut-larut merugikan partai. ‘’Pertimbangan jangan mengorbankan
ketua partai, melainkan pada penyelamatan partai,’’ saran dia.
Bagaimana
langkah hukum yang ditempuh Indra Muchlis atas keputusan DPP? Menurut
Maswadi, hal itu tak berpengaruh, karena Musdalub-kan bagian dari
kebijakan partai, sementara tak ada korelasi dengan hukum.
Senada,
pengamat politik dari Universitas Islam Riau (UIR) Dr Azam Awang MSi
menilai, keputusan Musdalub bisa saja dikaitkan dengan Pilgub 2013
mendatang.
Di mana momen ini dinilai tepat, untuk melakukan perombakan pengurus yang nantinya bisa digantikan dengan yang lain.
Figur
dalam hal ini sangat menentukan, apalagi ia jadi calon andalan Golkar
Riau yang notabene memiliki perolehan suara dan kursi maksimal di DPRD.
Selain
itu, jika dilihat dari keputusan DPP terhadap Musdalub memang spontan,
dan publik terkejut mengetahuinya. Akan tetapi di balik itu semua tentu
pengurus partai yang mengetahui.
Sementara, Sekretaris DPD II
Partai Golkar Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) H Yulizen Yunan, menilai
pemberhentian Indra Muchlis Adnan adalah kebijakan yang kurang bijak.
‘’Terlihat
kurang bijaksananya para ketua-ketua yang ada. Cobalah berpikiran yang
jernih dengan musyawarah bersama terhadap persoalan yang terjadi,’’
ungkap Yulizen, saat di konfirmasi Riau Pos di Tembilahan, kemarin.
Yulizen
mengatakan, kalau pendapat partai merupakan wewenang ketua, namun
pihakya menginginkan, hal ini dikembalikan kepada anggaran dasar agar
dapat dirumuskan apa yang terjadi.
‘’Kita ingin ini dikembalikan
kepada anggaran dasar, agar dapat dirumuskan apa yang terjadi. Wajar
tuntutan, karena Indra tidak tersandung hukum. Itu pembelaan,’’ ujar
Yulizen.
Ia menyebutkan, yang lebih ironisnya, sementara sampai
saat ini Indra sedang bertugas mengikuti Lemhanas di Jakarta dan
unsur-unsur untuk pemberhentian seperti meninggal dunia dan melanggar
hukum tidak terdapat sama sekali. ‘’Kalau begini, terlihat adanya
kepentingan,’’ paparnya.
Pada dasarnya, untuk calon Gubernur Riau, siapa saja tentu boleh. Namun ia mengimbau haruslah legowo.
‘’Kalau
memang pendapat partai ini merupakan wewenang ketua, apa yang disebut
dengan adanya keributan dalam Musdalub kemarin, kenapa kami sama sekali
tidak mengetahuinya? Artinya, tidak jelas. Sebab yang ada dalam
persatuan ini Inhil tidak masuk dan sampai saat ini Inhil tidak tahu
sama sekali,’’ tutur Yulizen.
Sementara itu, Ketua DPD II Partai
Golkar Kabupaten Rokan Hulu Suparman SSos menyampaikan, hingga saat ini
belum ada keinginannya untuk maju mencalonkan diri sebagai Ketua DPD I
Golkar Provinsi Riau, meski sempat timbul isu bahwa ia berkeinginan
untuk maju.
‘’Saya belum layak menjadi ketua, karena masih banyak
yang senior. Saya juga belum ada keinginan. Yang layak tentu senior
kita, dan itu masih banyak di Riau ini,’’ kata Suparman kepada Riau Pos,
Ahad (15/10).
Suparman menyampaikan, untuk menentukan atau
memilih Ketua DPD I Golkar Provinsi Riau, pihaknya berencana akan
melaksanakan musyawarah dan mufakat. Namun sejauh ini, rencana
musyawarah mufakat itu belum ditentukan waktunya.
‘’Hingga saat
ini, DPD II Golkar masih tetap kompak dan solid. Kita berharap hingga
dilaksanakan Musdalub, tidak terjadi perpecahan. Yang jelas, bagaimana
supaya Golkar Riau lebih besar,’’ ujar Suparman.
Suparman
mengakui, mekaniskme partai sudah dilalui dan saat ini baru pada tahapan
konsolidasi memantapkan barisan supaya jangan terkesan pecah-belah saat
Musdalub.
Ketika ditanya mengenai kader seperti Herman Abdullah dan Anas Maamun, ia mengaku keduanya adalah senior dan layak.
‘’Sesuai
aturan partai, untuk menjadi ketua, minimalnya yang bersangkutan telah
menjadi pengurus partai selama 5 tahun berturut dan tidak berstatus
Pegawai Negeri Sipil,’’ jelasnya.
Ditanya mengenai kandidat Ketua
DPD I Golkar Riau, Suparman mengaku sampai hari ini belum ada yang
muncul. ‘’Kita akan tunjuk dan pilih. Yang jelas, kita mengedepankan
azas musyawarah dan mufakat,’’ kata Suparman.(yud/aal/*1/har/fat)