Senin, 29 Oktober 2012

LINTASAN SEJARAH IKAMI SUL SEL DARI MASA KE MASA

hay sob ini ada sedikit artikel yang saya posting tetang sejarah ikami sulsel dari masa kemasa.......
mungkin temen-temen masih ada yang kurang tau tetang terbentuknya organisasi IKAMI SUL-SEL,,, nah biar temen-temen pada tau semua, baca aja / di copy di blog ailinkboiys.blogspot.com mungkin bisa bermanfaat ........

===========================================
Sebelum terbentuknya IKAMI SUL SEL, para Mahasiswa dan Pelajar asal Sulawesi Selatan yang menuntut ilmu di perantauan, telah membentuk organisasi pemuda / pelajar /mahasiswa dengan berbagai bentuk, nama, sifat dan tujuan operasional. Suatu hal yang menarik, di wilayah Propinsi Sulawesi Selatan sendiri IKAMI SUL SEL tidak di jumpai. Yang ada adalah organisasi pemuda / pelajar / mahasiswa yang memakai atribut  Kabupaten / Kotamadya, seperti  :  IPMIL (Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu), IMPS (Ikatan Mahasiswa Pelajar Soppeng), KEPMI (Kerukunan Pelajar Mahasiswa Indonesia) Bone, HIPERMAWA ( Himpanan Pelajar Mahasiswa Wajo ), HPMT (Himpunan Mahasiswa Pelajar Turatea ) Jeneponto, KKMB (Kerukunan Keluarga Mahasiswa Bulukumba), GEMPITA (Gerakan Mahasiswa Pelajar Tana Doang) Selayar, HIPERMAJU (Himpunan Mahasiswa Pelajar Mamuju), GAPPEMBAR (Gabungan Pemuda Pelajar Mahasiswa Barru), dan lain-lain.
Akan tetapi, diluar wilayah Propinsi Sulawesi Selatan, “aspirasi“ generasi pemuda pelajar dan mahasiswa di salurkan hanya pada “satu  bendera“ dengan atribut “Sulawesi Selatan “. Tidak ada lagi warna daerah ( Kabupaten / Kotamadya ), semuanya lebur dalam satu ikatan kekeluargaan, yang berdiri hampir di semua kota-kota besar di seluruh Indonesia, dimana saja generasi muda Sulawesi Selatan berada.
Mengingat bahwa Pulau Jawa merupakan “kiblat” bagi generasi muda intelektual dari seluruh penjuru tanah air untuk mengadu nasib  khususnya guna menuntut ilmu, tidak aneh kalau dari Pulau Jawa-lah lahirnya gagasan dan prakarsa mempersatukan organisasi-organisasi sejenis yang memakai atribut Sulawesi Selatan kedalam satu ikatan yang terorganisasi dengan sistem manajemen profesional.
Seperti terungkap pada awal tulisan ini, di luar wilayah propinsi Sulawesi Selatan kekompakan putera-puteri daerah yang datang dari berbagai latar belakang etnis ternyata dapat terjalin lebih erat. Apakah ia dari etnis Bugis, Makassar, Mandar, Tana Toraja, atau Sub etnis campuran seperti Selayar (sub- etnis Makassar), Palopo (sub-etnis Bugis) Polmas (sub-etnis Mandar-Toraja), Enrekang (sub-etnis Bugis-Toraja) kesemuanya menyatu dalam ikatan kekeluargaan Sulawesi Selatan. Hanya saja, di setiap daerah perantau, setiap “kelompok” Sulawesi Selatan berdiri sendiri-sendiri secara otonom, tidak ada kaitan organisator antara organisasi “Sulawesi Selatan” yang satu dengan organisasi “Sulawesi Selatan” yang lainnya.
Keadaan ini berlangsung sampai tahun 1961, yaitu ketika 8 Organisasi otonom pelajar / mahasiswa “ Sulawesi Selatan” menyatukan kebulatan tekad  membentuk sebuah wadah, yang pada awal kelahirannya masih berbentuk konfederasi, dimana setiap organisasi tetap membawa nama dan otonominya masing-masing.        
Gagasan konfederasi ini disponsori oleh IPMSS Jakarta, IPISS Yogyakarta dan PPSS Bandung, yang berhasil menyelenggarakan pertemuan yang di sebut Musyawarah Besar (MUBES) I bertempat di Ciloto Puncak Jawa Barat, tanggal 28-30 September 1961 yang dihadiri oleh 8 ( delapan ) organisasi pelajar / mahasiswa Sulawesi Selatan, yaitu  :
1. Ikatan Pelajar / Mahasiswa Sulawesi Selatan (IPISS) Yogyakarta
2. Ikatan Pelajar / Mahasiswa Sulawesi Selatan (IPMSS) Jakarta
3. Ikatan Pelajar / Mahasiswa Sulawesi (IPIS) Malang.
4. Ikatan Pelajar / Mahasiswa Sulawesi (IPIS) Bogor.
5. Kontak Pelajar / Mahasiswa Sulawesi (KPS) Semarang.
6. Kesatuan Pelajar / Mahasiwa Sulawesi Selatan (KPSS) Surakarta.
7. Keluarga Pelajar / Mahasiswa Sulawesi Selatan (KPMS) Surabaya.
8. Persatuan Pelajar / Mahasiswa Indonesia Sulawesi Selatan (PPSS) Bandung.
Dalam MUBES I ini disepakati untuk membentuk suatu Badan Musyawarah (konfederasi) dengan nama “ Badan Musyawarah Mahasiswa / Sulawesi Selatan Tenggara    se Jawa “. Sesuai sifatnya merupakan Sekretariat Bersama, maka pucuk pimpinan organisasi dipimpin oleh Sekretaris Jenderal, dimana MUBES I tersebut berhasil memilih  Tadjuddin Latief B.Sc.  Selaku Sekjen. Yang pertama. Sedangkan Tujuan Organisasi dirumuskan : untuk membina Mahasiswa / Pelajar Indonesia menjadi sarjana yang bertakwa dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Momentum MUBES I inilah yang kemudian di tetapkan sebagai hari lahir IKAMI SUL-SEL, yaitu tanggal 30 September 1961. Organisasi-organisasi mahasiswa / pelajar Indonesia Sulawesi Selatan yang tersebar di seluruh Pulau Jawa yang semula terpisah-pisah dan berjuang sendiri-sendiri, mulai saat itu telah menyatukan komitmen dalam satu landasan perjuangan dan cita-cita.
Sejalan dengan perkembangan jumlah anggota semakin terasa pula meningkatnya berbagai kebutuhan , teristimewa bagi mahasiswa / pelajar diperantauan yang menjadi anggota organisasi yang harus dikelola dan diayomi. Dengan adanya satu wadah urun rembug, sambung rasa dan sambung saran, penyelenggaraan MUBES berikutnya sudah mulai terarah pada kesatuan gerak dan langkah langkah pelaksanaan program program setiap cabang, yang di bawa untuk dikaji dan dicari solusinya. Penyelenggaraan MUBES II / Sidang MPOA I di Bandung tanggal 26 – 31 Agustus 1963, selain dihadiri oleh ke delapan organisasi  Badan Musyawarah di tambah dengan satu anggota baru, yaitu PERMAHIS (Persatuan Mahasiswa / Pelajar Indonesia Sulawesi) Salatiga. Dengan demikian pada MUBES  II tersebut tercatat 9 (Sembilan) organisasi anggota. Ketika itu PPSS Bandung selaku “tuan rumah” ikut menggaet mahasiswa dan pelajar asal Sulawesi Tenggara, dan tampil dengan nama baru : HIPASULSELRA (Himpunan Mahasiswa / Pelajar Sulawesi Selatan Tenggara).
Dalam MUBES II  itu, disepakati penggantian nama federasi menjadi IKOMI SULSELRA (Ikatan Kekeluargaan Organisasi Mahasiswa / Pelajar Sulawesi Selatan Tenggara). Struktur kepengurusan lebih disempurnakan dan mulai mengarah pada bentuk kesatuan namun masih belum meninggalkan sepenuhnya sistem konfederasi. Kepengurusan dikelola oleh sebuah Presidium yang bersifat pimpinan kolektif, dipimpin oleh Ketua Presidium (koordinatif), dan tetap didampingi oleh Sekretaris Jenderal yang sifatnya fungsional. Tegasnya, IKOMI SULSELRA yang terjemahannya-bebas dari akronimnya juga berarti Hanya Engkau, menyatakan penyatuan antara bentuk kesatuan dan bentuk federasi. Dalam MUBES  II ini terpilih Muhjin Hasanuddin sebagai Ketua Presidium dan  A. Rachman Tolleng  sebagai Sekretaris Jenderal.
Menjelang akhir Masa Bakti Pengurus hasil MUBES II, negara dan bangsa kita menghadapi ujian terberat bagi Ideologi Negara Pancasila dengan pecahnya pengkhianatan G30S/PKI. Tahun-tahun tersebut cikal bakal IKAMI SUL- SEL yang merupakan bagian dari organisasi kemasyarakatan pemuda, ikut memperkuat barisan Angkatan ’66 yang menuntut tegaknya keadilan dan kebenaran dibumi tercinta ini. Di saat itu, tampillah tokoh-tokoh mahasiswa / pelajar di barisan terdepan, turun ke arena demonstrasi untuk memperjuangkan TRITURA, yang menjadi tekad perjuangan seluruh angkatan muda tanpa melihat latar belakang masing-masing. Semua merasa terikat dalam satu gerak dan langkah perjuangan untuk menyelamatkan Pancasila dan Negara Proklamasi 1945. Sejarah mencatat, perjuangan “anak-anak” ini ikut menjadi faktor penentu Orde Baru.
Anggota-anggota IKOMI SULSELRA turut menggabungkan diri disemua bagian Kesatuan Aksi bersama-sama angkatan muda Indonesia lainnya sebagai pelopor dan pendobrak tirani dalam upaya menegakkan kebenaran dan keadilan. Namun demikian, detengah-tengah hiruk-pikuknya derap langkah perjuangan, IKOMI SULSELRA masih tetap sempat kembali ke kampus sejenak mengatur langkah agar ayunannya kedepan lebih terarah dan berkonsolidasi. Diadakanlah MUBES III / Sidang MPOA II di Malang pada tanggal 12 – 16 Juli 1966, dimana tokoh-tokoh nasional sempat memberikan amanat, termasuk Presiden Soeharto dan Ketua MPRS Jenderal DR. A.H. Nasution.
Dalam MUBES III dirasa perlu untuk merentangkan lebih luas jaringan organisasi dengan perubahan nama dari IKOMI SULSELRA menjadi IKAMI SULAWESI yang diikuti dengan penyempurnaan bentuk, sifat, maupun struktur organisasi. Dalam arena MUBES III bertambah pula anggota baru, dengan masuknya Ikatan Keluarga Sulawesi (IKS) Jember yang bermaksud melestarikan nama IKOMI sehingga merubah nama organisasi menjadi IKOMI Jember, menyusul perubahan IKOMI SULSELRA menjadi IKAMI SULAWESI. Dengan masuknya IKOMI Jember, maka genaplah 10 (Sepuluh) organisasi yang menggabungkan diri menjadi IKAMI SULAWESI.
Sosok persatuan semakin nampak, dimana pucuk pimpinan tidak lagi berbentuk Presidium, melainkan langsung dipimpin oleh Ketua Umum, yang waktu itu terpilih Drs. A. Mappi Sammeng,  didampingi oleh   M. Arief Wangsa sebagai Sekretaris Jenderal.
Dibawah kepemimpinan Drs. A. Mappi Sammeng dilakukan restrukturisasi organisasi dengan hanya “satu bendera” IKAMI SULAWESI yang dalam derap langkahnya sudah meninggalkan bentuk federasi dengan berbentuk kesatuan yang vertikal secara struktural organisatoris, dengan Pengurus Besar di tingkat Pusat, yang membawahi beberapa Pengurus Cabang. Maka ketika diselenggarakan MUBES IV di Ciawi Bogor tanggal 1 – 4 April 1970, yang hadir bukan lagi utusan organisasi otonom, melainkan 10 ( Sepuluh) Cabang IKAMI SULAWESI yang waktu itu baru terbatas pada yang ada di Pulau Jawa, yakni ;
1. IKAMI SULAWESI Cabang Jakarta;
2. IKAMI SULAWESI Cabang Bandung;
3. IKAMI SULAWESI Cabang Bogor;
4. IKAMI SULAWESI Cabang Yogyakarta;
5. IKAMI SULAWESI Cabang Semarang;
6. IKAMI SULAWESI Cabang Salatiga;
7. IKAMI SULAWESI Cabang Surakarta;
8. IKAMI SULAWESI Cabang Surabaya;
9. IKAMI SULAWESI Cabang Jember,
10.IKAMI SULAWESI Cabang Malang.
Forum MUBES IV memilih Drs. Ec. Ali Adam sebagai Ketua Umum dan  Basenang Saliwangi sebagai Sekretris Jenderal.
Melihat kecenderungan komposisi Cabang, Pengurus dan Anggota dan dengan semakin timbulnya kesadaran berorganisasi dikalangan generasi muda mahasiswa dan pelajar perantauan dari seluruh penjuru tanah air, serta dengan mempertimbangkan berbagai masukan dalam forum MUBES, maka pada MUBES V di Ciawi Bogor tanggal 28 – 31 Desember 1975 dan sidang lanjutan 27 Mei 1976 di Jakarta, forum memutuskan untuk lebih menfokuskan kegiatan pada lingkup yang lebih kecil, yang direfleksikan pada perubahan nama IKAMI SULAWESI menjadi IKAMI SUL-SEL. Dalam konsiderans keputusan perubahan tersebut di tekankan bahwa hal ini semata-mata didorong oleh keinginan luhur dan murni serta meyakini bahwa tujuan organisasi hanya dapat tercapai dengan usaha yang teratur dan penuh tanggung jawab. Untuk pertamakali dalam MUBES V ikut bergabung Cabang dari Luar Jawa, Yakni IKAMI SUL-SEL Cabang Palembang.
Forum MUBES V berhasil memilih Syarifuddin Masselangka sebagai Ketua Umum dan  Alwi Amien  sebagai Sekretaris Jenderal.
Pada MUBES VI yang dilaksanakan pada tanggal 7 – 11 Januari 1982 di Kaliurang Yogyakarta, beberapa pokok persoalan yang selama ini muncul sebagai tantangan organisasi menempatkan acara MUBES sebagai forum pencarian jawaban atas soal tersebut. Disamping itu upaya-upaya guna menserasikan derap langkah organisasi dengan realitas zaman tetap dilakukan. Hal ini dianggap urgen, sebab IKAMI SUL-SEL tidak mungkin hanya menjadi “penonton” terhadap gejala dan fenomena yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Pada penyelenggaraan MUBES VI tersebut, Jumlah Cabang IKAMI SUL-SEL berkembang menjadi 12 (Dua Belas), dengan masuknya IKAMI SUL-SEL Cabang Ciputat, yang berdasarkan pertimbangan praktis, massanya cukup besar untuk berdiri sendiri, berdampingan dengan IKAMI SUL-SEL Cabang Jakarta, yang ikut menjadi “pendiri” organisasi ini. Forum MUBES VI berhasil memilih  Azis Taba Pabeta  sebagai Ketua Umum dan  Muhammad Saleh A.F. sebagai Sekretaris Jenderal.
MUBES VII dilaksanakan tanggal 26 – 29 Juli 1984 di Jember Jawa Timur. Thema MUBES  : “Dengan MUBES VII IKAMI SUL-SEL Kita Wujudkan Kesatuan Dalam Kebhinnekaan”. Merupakan refleksi dari cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Wawasan Nusantara, betapa pun ada unsur kewilayahan dalam akronim organisasi ini. Hal itu lebih nampak dari booklet yang diterbitkan paska MUBES, yang di  di halaman halaman awal turut memberikan kata sambutan : Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sulawesi Selatan  Prof. DR. H.A. Amiruddin  dan Walikota Jember R. HirdjanSoewarso, B.A.
MUBES VII mempercayakan jabatan Ketua Umum kepada  Andi Guntur Sose  dan sebagai Sekretris Jenderal : M. Anwar Andi Baso.
Setelah itu kegiatan organisai hampir “tenggelam”. MUBES yang seharusnya dilaksanakan setiap 3 (Tiga) tahun sekali, tidak terlaksana. Keaktifan Cabang-cabang tidak diimbangi oleh Pengurus Besar. Terjadilah stagnasi/kevakuman kegiatan organisasi tersebut menimbulkan keprihatinan beberapa Cabang mengusulkan penyelenggaraan MUBES luar biasa. Dengan disponsori oleh 4 (Empat) Cabang, yaitu IKAMI SUL-SEL Cabang Jakarta, IKAMI SUL-SEL Cabang Bogor, IKAMI SUL-SEL Cabang Ciputat dan IKAMI SUL-SEL Cabang Bandung, maka diselenggarakan MUBES VIII (Luar Biasa), di Cipayung Bogor Jawa Barat tanggal 23 – 26 Maret 1989. Inilah pertama kalinya dalam sejarah IKAMI SUL-SEL diadakan MUBES dengan status luar biasa. Ketika itu terdapat 21 (Dua Puluh Satu) Cabang IKAMI SUL-SEL yang mendaftarkan diri pada Panitia, tetapi pelaksanaan musyawarah hanya dihadiri 15 (Lima Belas) Cabang. Terpilih sebagai Ketua Umum  : M.Arief Pahlevi Pangerang dan Bustamin Bashir di percayakan memangku jabatan sebagai Sekretaris Jenderal.
“Care Taker”  Pengurus Besar IKAMI SUL-SEL hasil MUBES VIII berhasil menyelenggarakan MUBES IX Ujung Pandang tanggal 19 – 23 September 1992. MUBES ini juga menyertakan acara Sarasehan Nasional yang diselenggarakan sebelum acara MUBES. Hadir dalam Sarasehan tersebut Menteri Pemuda dan Olahraga Ir. Akbar Tanjung,  Menteri Transmigrasi  Soegiarto, didukung oleh seluruh petinggi di daerah termasuk Gubernur Kepala Derah Tingkat I Selawesi Selatan Prof. DR. H. A. Amiruddin. MUBES IX mengukuhkan M. Arief Pahlevi Pangerang sebagai Ketua Umum dan untuk jabatan Sekretaris Jenderal di percayakan kepada Muhammad Yunus.
MUBES X yang diselenggarakan di Samarinda Kalimantan Timur tanggal 19 – 20 November 1995 , didahului dengan Dialog Nasional pada tanggal 17 – 18 November 1995. Rangkaian kedua acara ini berangkat dengan thema : “Pemberdayaan Potensi Sumber Daya Manusia dan Potensi Sumber Daya Alam Kawasan Timur Indonesia (KTI) dalam Mensukseskan PJP II”. Kesuksesan pelaksanaan MUBES ini menghantarkan Wahidah Laomo sebagai Ketua Paniitia Pelaksana MUBES  sukses pula dinobatkan menjadi Ketua Umum IKAMI periode 1995-1998.
Kepemimpinan Wahidah laomo yang awalnya diragukan oleh sebahagian senior IKAMI dengan alasan status “wanita” justru memperkuat eksistensi IKAMI sebagai organisasi kepemudaan yang diperhitungkan dalam proses pembangunan daerah Sulawesi Selatan. Hubungan yang erat antara IKAMI, Pemda Sul-Sel dan tokoh-tokoh masyarakat Sul-Sel yang berdomisili di luar Sul-Sel terekspresi dalam kesuksesan setiap penyelenggaraan kegiatan IKAMI.
MUBES XI pada tanggal 21-24 April 1999 yang diselenggarakan di Jakarta dalam kondisi negara berada pada proses  transisi kepemimpinan nasional, menetapkan sdr. H.M. Suaib Didu sebagai Formateur/Ketua umum periode 1999-2001 dan  Idang Hadijah Farouk sebagai Sekretaris Jendral.
MUBES KE XII di rangkaikan SEMINAR NASIONAL yang diselenggarakan di Bogor, pada tanggal 10-13 Mei 2002 dibuka oleh Bpk. Gubernur Sulawesi Selatan H.Z.B Palaguna. Selanjutnya Seminar Nasional dengan pemakalah Bpk. Prof. Dr. H. Ryaas Rasyid, DR. Ir. M. Said Didu , H.M. Aksa Mahmud, Prof. Drs. H. Anwar Arifin dan wakil dari IPB Bogor. MUBES Ke- XII ini mengukuhkan Abdillah Natsir sebagai Ketua Umum.
Jalan yang dirambah dan di dahului dengan para pen-dahulu kita sudah cukup panjang terentang. Dan jalan yang terbentang di hadapan kita, lebih panjang, rumit dan kompleks, dimana situasi dan kondisi bangsa dan negara kita diperhadapkandengan arus globalisasi dan informasi yang teramat deras. Akan mampukah IKAMI SUL-SEL ikut berperan dalam irama pembangunan yang demikian pesatnya ? Apakah “layar terkembang” pada logo IKAMI SUL-SEL yang telah susah payah diletakkan oleh para pendahulu kita dapat kita lanjutkan melayarkannya menuju pantai harapan dan cita-cita?
nah itu lah artikel yang saya possting semoga bisa bermanfaat ... bagi temen-temen 

0 komentar:

Posting Komentar